Fenomena Pendidikan Di Tarakan

Berbicara mengenai topic pendidikan di Indonesia pada umumnya dan di kota Tarakan pada khususnya, memang tiada habis-habisnya. Begitu banyak problematika yang menjadi hambatan di dunia pendidikan kita. Tarakan Kota BAIS dengan wacana sebagai kota pendidikan bekerja keras untuk mewujudkan standarisasi pendidikan di kota tarakan. Akan tetapi sukses tidaknya pendidikan bukan hanya bergantung factor yang tampak saja akan tetapi faktor-faktor yang sebenarnya sangat penting kadang sering luput dari perhatian para pelaku pendidikan di Tarakan.

Dalam proses pendidikan dinilai rawan terjadi kesalah fahaman, baik sengaja maupun tidak, baik oleh tenaga pendidik, peserta didik, orang tua, maupun oleh sistem pendidikan itu sendiri, dalam hal ini Departemen Pendidikan memiliki peranan yang sangat krusial. Ini terindikasi dari dengan begitu ditiktik beratkannya porsi pendidikan pada ranah kognitif, atau otak kiri.
“Pendidikan adalah sistem yang komprehensif, ia tidak bisa dinilai hanya dari satu ranah. Manusia dikaruniai otak bagian kiri dan otak bagian kanan. Sebagaimana kita ketahui, otak kiri berpotensi akademis dan ilmiah, sementara otak kanan berpotensi di bidang seni, moral dan akhlak. “
.
“Paradigma pendidikan yang terbangun selama ini terlihat masih didominasi pemikiran dari otak belahan kiri, ini terbukti dari mata pelajaran yang diujikan semua adalah matapelajaran yang mengandalkan kemampuan akademis dan ilmiah siswa, berarti otak kiri,”

Kepandaian intelektual dari ranah akademis dan ilmiah merupakan hal yang sangat bagus, namun tanpa dibarengi dengan kemampuan mengolah potensi dari otak belahan kanan dikhawatirkan siswa atau peserta didik akan memiliki kemampuan yang tidak seimbang secara akhlak dan moral.

Seperti kita ketahui, banyak siswa yang pintar, tapi sangat lemah dalam bersosialisasi dan cenderung menganggap remeh teman-teman lainnya. Bahkan menjurus kepada hal yang negatif. Ini adalah akibat dari ketidakseimbangan tadi. Kecerdasan Intelektual (IQ) hanya memiliki kontribusi 20 % terhadap kesusksesan seseorang, 80 % sisanya adalah Kecerdasan Emosi (EQ).

Oleh karena itu pengembangan sumber daya dan kompetensi para pelaku pendidikan dalam hal ini sangat dituntut, demi tercapainya cita-cita Tarakan sebagai Kota Pendidikan di masa yang akan datang. Namun, selama paradigma yang konvensional seperti itu masih tertanam tanpa ada usaha untuk merubahnya, maka cita-cita tersebut hanyalah akan menjadi seperti janji tak bertepi. “Terlepas dari itu semua, semoga semua siswa yang mengikuti UN tahun ini dapat mencapai hasil maksimal,” .

Beberapa faktor penting dalam suksesnya pendidikan di sekolah. “Peranan Bimbingan dan Konseling di Sekolah saat proses pembelajaran akan ikut menentukan kesuksesan siswa, di sekolah masalah yang dihadapi sangat banyak, terutama dari sisi peserta didik. Berdasarkan penelitian dari buku Quantum Learning, 80 % dari kegagalan siswa dikarenakan tekanan (stress). Karenanya fungsi otak kanan untuk berkesenian, memiliki akhlak dan moral yang baik akan sangat berpeluang mengurangi tingkat stress baik peserta didik maupun tenaga pendidik,” dan semoga kedepanya nanti Tarakan menjadi kota pendidikan yang memenuhi semua Kriteria Pendidikan yang baik dan mampu menumbuhkan benih-benih generasi bangsa Indonesia yang berkualitas dari Kota Tarakan tercinta.
BACA ARTIKEL TERKAIT

  • Standar Kompetensi Guru