Rene Descartes Sang Filsuf Prancis

“Cogito ergo sum.” Saya berpikir, maka saya ada. Begitulah Descartes mengungkapkan makna keberadaaan. Selain kata-katanya yang terkenal itu, Descartes juga dikenal karena koordinat Cartesius. Koordinat ini memperlihatkan bahwa dengan sepasang garis lurus yang berpotongan sebagai garis-garis pengukur, suatu jaringan garis petunjuk dapat disusun, tempat bilangan-bilangan dapat ditaruh sebagai titik. Penerapan dari konsep yang diungkapkan oleh Descartes ini dapat dilihat dalam bentuk grafik, dengan sumbu x dan y.

Setelah lulus pada tahun 1616 dari ilmu hukum pada Universitas Poitiers, pemuda Perancis ini bermaksud untuk membangun dunia kembali. Ia tidak puas dengan apa yang telah dipelajarinya tentang dunia dari para akademikus yang masih terikat dengan dunia kuno. Pada masa itu, ide-ide baru memang tengah bermunculan, para ksatria mempertahankan harga diri mereka dengan mudah mengayunkan pedang-pedang mereka, negara-negara tengah berlomba-lomba memperoleh daerah jajahan, William Harvey baru saja memberikan kuliah yang menggambarkan jantung manusia bukanlah pusat emosi melainkan pemompa darah.

Dalam pencariannya mencari kebenaran, Descartes menjadi prajurit di bawah Pangeran Nassau di Belanda, kemudian di bawah Pangeran Bavaria di Jerman. Dalam petualangannya menjadi seorang ksatria, Descartes berhasil mengembangkan geometri analitiknya pada usia 22 tahun. Pemahamannya itu ia rumuskan dalam sebuah kamar yang memiliki tungku di tepi sungai Donau. Ia mengajukan prinsip deduktif, yaitu merumuskan sesuatu dari sebuah aksioma yang paling sederhana kemudian dikembangkan terus hingga diperoleh pemahaman yang rigid.

Seusai masa perang, Descartes muncul sebagai tokoh yang unik. Dengan pedang di sabuk, topi berjambul dan pembicaraan mengenai dunia baru, Descartes menjalankan kehidupannya sehari-hari. Bosan dengan kehidupan di Paris, Descartes pindah ke Belanda. Di sini, Descartes menerbitkan karyanya mengenai Risalah tentang Metode pemikiran yang Benar pada tahun 1637.

Hidup Descartes berakhir pada usia 54 tahun akibat penyakit influenza. Penyakit itu mungkin disebabkan oleh kehidupan kerasnya selama tinggal di Swedia. Meski dijemput dengan kemegahan kapal perang oleh Ratu Chrisitina, Descartes harus rela untuk diseret dari tempat tidur pada pukul 5 hingga 6 pagi tiap harinya. Waktu untuk memberi kuliah pribadi mengenai filsafat kepada Ratu Swedia berkemauan keras tersebut. Padahal selama di Paris, Descartes biasa bangun pukul 11 siang, akibat kondisi kesehatannya yang tidak mendukung.

René Descartes; lahir di La Haye, Perancis, 31 Maret 1596 – wafat di Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650 pada umur 53 tahun, juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).

Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.

Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir.

Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:

"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)

Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.